Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image

Nikon AF-S 40mm f/2.8 DX, lensa makro murah meriah baru

  • Sabtu, 23 Juli 2011
  • KameraMania
  • Tech tipsComputer Tricks

    Nikon selama ini terkenal konsisten dalam membuat berbagai lensa baru dengan format DX, atau lensa yang dibuat khusus untuk kamera DSLR bersensor APS-C (non full frame) seperti D3000 hingga D300s. Untuk pecinta fotografi jarak dekat (makro), selama ini pemilik DSLR Nikon agak kesulitan dalam memilih lensa idaman karena harganya yang aduhai. Maka itu kehadiran lensa makro murah adalah laksana impian pemilik Nikon DX sejak dulu hingga kini.

    afs-40dx

















    Di kelas full frame, Nikon sudah punya dua lensa makro yaitu AF-S 105mm VR f/2.8 (8 jutaan) dan AF-S 60mm f/2.8 (5 jutaan), keduanya termasuk lensa mewah dengan Nano Coating. Untuk kelas DX, sebelum ini Nikon hanya punya lensa makro AF-S 85mm VR f/3.5 (5 jutaan) yang fokalnya bisa dibilang mendekati fokal 105mm. Masalahnya Nikon belum punya lensa DX yang fokalnya mendekati fokal 60mm sampai akhirnya hari ini diumumkan kehadiran lensa DX terbaru dari Nikon yang bernama AF-S 40mm f/2.8 yang fokalnya ekivalen dengan 60mm. Kabar baiknya, lensa ini akan dijual di kisaran harga 2,5 jutaan saja, sehingga cocok dijadikan lensa kedua bagi yang baru saja punya DSLR dengan lensa kit.

    afs-40dxcon

    Lensa AF-S 40mm f/2.8 ini punya rasio reproduksi 1:1 dan jarak fokus minimum kurang dari 10 cm. Tidak seperti lensa makro sebelumnya, lensa kali ini berukuran cukup mungil dan sekilas mirip seperti lensa fix AF-S 50mm f/1.8 yang juga punya harga jual 2,5 jutaan. Soal bokeh juga berani diadu, meski secara bukaan maksimal lensa ini hanya f/2.8 saja dan hanya punya 7 blade diafragma. Di dalam lensa ini terdapat 9 elemen lensa dalam 7 grup, dimana Nikon sudah menerapkan teknik Close Range Correction (CRC) focusing dan Super Integrated Coating untuk mencegah flare. Bagian depan lensa ini bisa dipasang dengan filter 52mm, sementara juga masih di bagian depan terdapat ring manual fokus yang ukurannya pas, tidak terlalu kecil sehingga nyaman untuk dipakai. Sebagai info, manual fokus di lensa ini bisa dilakukan kapan saja berkat mode M/A yang fleksibel.

    Sampel foto AF-S 40mm (sumber : Nikon)

    Sampel foto AF-S 40mm (sumber : Nikon)
    Kami memprediksi lensa ini akan jadi salah satu lensa favorit para pemula dan mereka yang punya dana terbatas. Lensa ini pun tidak hanya bisa dipakai buat makro saja, tapi cocok juga untuk potret, candid bahkan landscape.

    Nikon D40 si mungil yang sederhana

  • Selasa, 19 Juli 2011
  • KameraMania
  • Nikon-D40-depan








    Nikon D40 adalah kamera keluaran tahun 2006, tepatnya 16 November 2006. Sebagai kamera yang telah berusia 4 tahun lebih, D40 memang sudah termasuk kuno karena perkembangan teknologi digital SLR yang cepat. Tapi untuk pemula atau pelajar, Nikon D40 masih cukup menunjang untuk kegiatan foto sehari-hari seperti foto acara pertemanan dan keluarga.
    Nikon D40 termasuk kamera berukuran kecil dan didesain untuk pemula. Antar mukanya cukup sederhana, tidak banyak tombol-tombol yang bisa membingungkan tapi karena itu juga lah, kalau ingin mengubah setting seperti white balance (WB), Auto focus, metering, dsb, harus melalui menu atau halaman Info, sehingga agak merepotkan bagi yang fotografer yang mahir.



    Dari segi desain bodi kamera, Nikon D40 termasuk kamera DSLR yang mungil dan ringan. Beratnya 522g dengan baterai dan 707g dengan lensa 18-55mm. D40 memiliki layar LCD berukuran 2.5 dengan resolusi 230k. Layar tidak bisa dibilang besar tapi juga tidak terlalu kecil. Terang gelap layar bisa diatur via menu.
    Dari performa kecepatan, Nikon D40 hanya bisa mengambil 2.5 foto setiap detik. Kalau mengambil foto jenis RAW, maka setiap tiga kali mengambil foto secara berturut-turut, kamera akan macet karena sibuk memproses dan menulis data ke memory card.
    Kinerja auto fokus Nikon D40 yang hanya memiliki tiga titik fokus cukup lumayan, terutama bila didukung oleh lampu bantu auto fokus (AF Assist lamp). Untuk foto subjek yang bergerak cepat, D40 akan sedikit kewalahan.
    Meski hanya 6 megapiksel, kualitas foto yang dihasilkan Nikon D40 dengan lensa kit 18-55mm f/3.5-5.6 DX II, cukup tajam dan baik. Kinerja di setting ISO tinggi saat kondisi cahaya kurang baik juga lumayan untuk kamera dikelas pemula. Noise (bintik-bintik pada foto) baru mulai mengganggu saat ISO 1600 dan masih cukup oke di setting H1 (ISO 3200). Sayangnya lensa kit yang dibundel dengan kamera ini tidak memiliki fitur VR / peredam getar, sehingga di kondisi yang gelap, agak susah mencegah foto menjadi kabur.
    Nikon D40 juga memiliki senjata rahasia yang melebihi kamera DSLR yang lebih canggih, yaitu kemampuan sinkronisasi lampu kilat (flash) yang mencapai 1/500 detik. Rata-rata kamera DSLR lain hanya sampai 1/250 detik. Kelebihan ini cukup penting bagi orang-orang yang suka foto di luar dengan memakai lampu/cahaya buatan.
    Seperti kamera DSLR Nikon pada umumnya, dari D40, D60, D3000, D3100 sampai D5000, D40 juga tidak memiliki motor auto fokus sehingga lensa-lensa tanpa motor auto fokus tidak bisa auto fokus. Misalnya lensa Nikon seperti Nikon 50mm f/1.8, tidak bisa auto fokus saat dipasang di Nikon D40. Hanya lensa Nikon yang berkode AF-S atau AF-I bisa auto fokus.
    Sekilas pandang kelebihan-kekurangan Nikon D40:
    + Relatif ringan dan kecil untuk ukuran kamera digital SLR
    + Antarmuka sederhana dan mudah digunakan untuk pemula
    + Kualitas foto dengan lensa kit cukup baik dan tajam
    + Max flash sync speed mencapai 1/500 detik
    + Auto ISO bisa disesuaikan dengan keinginan kita
    + Fitur dasar cukup lengkap termasuk adanya spot metering
    - Resolusi foto hanya 6 megapixel
    - Kurangnya tombol untuk akses langsung untuk mengubah setting-setting tertentu
    - Poin auto fokus hanya tiga
    - Tidak memiliki motor auto fokus sehingga lensa yang tidak memiliki motor auto fokus harus manual fokus.

    Nikon-D40-belakang

    Demikianlah tinjauan singkat saya dengan Nikon D40, semoga bermanfaat.

    Canon 600D vs Nikon D5100

  • KameraMania

  • bagaimana dengan perbandingan Canon 600D dan Nikon D5100?
    Keunggulan Nikon D5100
    Baik, mari kita ulas. Dari segi kualitas sensor foto, Nikon D5100  memiliki sensor yang sama dengan D7000 (artinya bisa memproduksi foto setara dengan kamera D7000). Sensor ini lebih baru dan lebih baik daripada sensor yang di Canon 600D. Jadi bila memakai lensa yang sama, hasilnya lebih baik Nikon D5100.
    Kualitas foto di ISO tinggi (biasanya dipakai di tempat yang gelap) juga lebih baik, terutama di ISO 1600 dan 3200. Lebih dari itu, kedua kamera sudah kesulitan mengatasi noise/bintik-bintik di foto.
    Canon EOS 600D
    Canon EOS 600D
    Keunggulan Canon 600D
    Kalau masalah kontrol dan handling, saya lebih suka Canon 600D, karena banyak tombol-tombol fungsi-fungsi kamera seperti WB, ISO, sudah ada dan tidak perlu masuk ke menu untuk mengganti setting seperti kamera Nikon D5100. Canon 600D juga saya rasa cukup ramah terhadap pemula dengan memunculkan keterangan singkat di setiap fungsi kamera (meski dalam bahasa Inggris).
    Tidak seperti Nikon D5100 dan kamera Nikon pemula lainnya, Canon 600D juga memiliki motor auto fokus di badan kamera, sehingga lensa Canon EOS apapun yang dipasang bisa auto fokus. Sedangkan lensa yang bisa auto fokus di Nikon D5100 hanya yang ada kode AF-S, yaitu lensa-lensa baru Nikon yang memiliki motor fokus. Lensa semacam ini biasanya lebih mahal (tapi kualitasnya lebih baik daripada lensa lama).
    Keunggulan lain dari Canon 600D adalah fitur wireless flash, yang memungkinkan kita untuk mengatur dan memicu lampu kilat yang dilepaskan dari kamera (off shoe camera flash) tanpa memerlukan aksesoris pemicu lain. Sedangkan Nikon D5100 belum ada fitur semacam ini, yang ada di model Nikon D90 atau yang lebih canggih.
    Perbedaan lainnya
    Canon 600D dan Nikon D5100 memiliki fitur untuk memproses foto menjadi efek-efek yang artistik. Efek-efek di Canon 600D antara lain soft focus, romantic, grainy black and white, miniature dan lain-lain. Nikon D5100 juga memiliki efek-efek proses foto seperti miniatur, color sketch, high key, low key.
    Cuma, salah satu keunggulan Nikon D5100 adalah adanya efek HDR (High Dynamic Range) yaitu kamera akan secara otomatis mengambil dua gambar lalu menggabungkannya menjadi satu foto dengan detail gelap terang foto yang lebih menarik.
    Kedua kamera sama-sama memiliki LCD putar yang beresolusi tinggi, hanya Canon 600D memiliki aspek rasio 3:2 sesuai dengan aspek rasio foto sehingga resolusinya sedikit lebih tinggi. (900rb vs 1 juta).
    Untuk merekam video, Canon masih unggul di sisi kreatif karena kita bisa mengatur exposure secara manual. Dari segi kualitas video, memang sama-sama telah mampu merekam video dengan resolusi sangat tinggi yaitu 1080p / FULL HD.
    Meski demikian, di video, Nikon D5100 punya keunggulan pada auto fokusnya saat mengaktifkan live view. Seperti di Nikon D3100 dan D7000, D5100 memiliki fitur auto fokus yang continuous atau berkesinambungan. Nikon menyebut fungsi auto fokus ini AF-F. Cara kerjanya yaitu bila kamera mendeteksi subjek sudah tidak berada dalam fokus, maka kamera akan mencoba mencari posisi subjek dan menguncinya kembali. Bagi saya ini tetak tidak begitu praktis karena di dalam video akan ada “gap” atau kesenjangan antara fokus dan tidak fokus. Sepertinya manual fokus tetap masih yang terbaik bila ingin merekam video dengan kamera DSLR.
    Nikon D5100
    Nikon D5100
    Kesimpulan
    Di bandrol dengan harga yang lebih murah dari Canon 600D, Nikon D5100 merupakan saingan yang cukup berarti untuk Canon 600D di kalangan fotografer tingkat pemula dan menengah. Kedua kamera memiliki kelebihan kekurangan masing-masing. Canon 600D unggul di video, dan antar muka yang praktis digunakan, sedangkan Nikon D5100 unggul di kualitas foto, efek-efek kreatif dan harga. Yang mana yang terbaik tergantung prioritas masing-masing.
    Canon 600D – plus dan minus
    + Antar muka yang ramah dan praktis digunakan
    + Resolusi dan aspek rasio layar LCD sedikit lebih baik
    + Wireless flash controller
    + Setting manual exposure tersedia saat merekam video
    - Harga lebih mahal
    - Kualitas foto bagus, tapi tidak sebagus D5100, terutama di kondisi cahaya yang gelap
    - Tidak ada fitur auto fokus continuous saat merekam video
    Nikon D5100 – plus dan minus
    + Kualitas foto yang sangat baik di kondisi terang atau gelap
    + Harga di pasar lebih murah dari Canon 600D
    + Efek-efek seperti HDR, color sketch, menarik dan merangsang kreatifitas.
    - Tidak ada motor auto fokus  di badan kamera
    - Antar muka kurang baik & perlu masuk ke menu untuk mengganti fungsi populer
    - Tidak bisa mengatur exposure secara manual saat merekam video
  • KameraMania
  • Mengapa saat ini saat yang oke masuk ke bisnis fotografi?

    by Enche on March 23, 2011
    Saat sekarang adalah saat yang tepat untuk masuk ke bisnis fotografi, mengapa?
    • Untuk memasuki bisnis fotografi tidak sulit, tidak seperti bisnis lain yang perlu harus punya modal relatif besar, tidak harus punya izin khusus atau punya sumber daya tertentu. Pokoknya kalau menguasai fotografi, bisa langsung terjun di bisnis ini (peralatan bisa disewa).
    • Belajar fotografi kini juga sangat mudah, banyak kursus betebaran di kota-kota, dan juga banyak buku-buku, internet (video dan tulisan) dan juga ada komunitas-komunitas tempat menggali ilmu. Dahulu, tidak begitu mudah untuk mendapatkan ilmu fotografi karena masih ekslusif dan peralatannya masih primitif dan lebih sulit dikuasai.
    • Belajar fotografi juga tidak memerlukan waktu yang lama, asal intensif dan serius, fotografi dapat di pelajari dalam waktu beberapa bulan sampai satu tahun. Tidak seperti karir lain yang memerlukan kuliah sampai 4-7 tahun atau memerlukan bakat yang luar biasa di bidangnya untuk bisa sukses.
    • Beberapa jenis fotografi tidak terancam resesi, misalnya foto potret, wisuda, acara-acara liputan pernikahan, ulang tahun, dan fotografi komersial (iklan), fashion dan sebagainya.
    • Fotografi merupakan karir yang kreatif yang lebih menyenangkan bagi banyak orang daripada kerja kantoran biasa yang membosankan.
    • Di bisnis fotografi, kita mengontrol nasib kita sendiri, menjadi bos bagi diri sendiri daripada ditentukan oleh orang lain/perusahaan.
    • Fotografi merupakan bisnis yang fleksibel, mau kerja akhir pekan saja, bisa, mau kerja setiap hari, bisa, mau kerja 10 hari setahun, juga bisa. Intinya bisa jadi pekerjaan full time atau part time.
    Nah untuk memasuki bisnis fotografi, kita mempunyai dua pilihan / dua jalan utama. Jalan pertama yang paling sering ditempuh fotografer pemula adalah menjadi fotografer lepas atau freelance.
    evolusi-fotografer-profesional
    Evolusi fotografer

    Mengapa bekerja sebagai fotografer lepas itu relatif mudah?
    Jawabannya sederhana sih, yaitu karena kita bisa fokus ke fotografi saja, dan tidak direpotkan dengan ngurusin sisi bisnis seperti: mendapatkan pelanggan, mengurusi jadwal, membayar gaji dan ongkos, mengurusi marketing, manajemen, akuntansi, sales dan sebagainya. Pokoknya muncul di jadwal yang sudah ditentukan dan kemudian kerja, setelah selesai di kasih bayaran sesuai dengan kesepakatan.
    Meski terdengar enak, tapi masalahnya menjadi fotografer lepas juga banyak kekurangannya
    • Pertama, orang lain mendapatkan keuntungan yang tidak jarang lebih besar dengan menjual jasa kita
    • Seringkali, kita kehilangan hak atas foto-foto, misalnya tidak boleh dijual ke pihak lain, dan batasan lainnya
    • Kita tidak mendapatkan pemasukan tambahan dari foto-foto tersebut karena kita sudah menjual kepada Bos / perusahaan
    • Insentif untuk melakukan yang terbaik tidak terlalu kuat, karena bayaran kita kurang lebih sudah tetap berdasarkan kesepakatan awal.
    • Biasanya kita bekerja mengikuti aturan atau gaya perusahaan tertentu yang kadang kala tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan.
    • dan yang terakhir, dan mungkin paling penting adalah, kita kemungkinan tidak akan menjadi kaya dengan hanya bekerja untuk orang lain.
    Jadi, masing-masing jalan entah menjadi fotografer bebas atau mengelola bisnis fotografi sendiri memang ada positif negatifnya, tinggal kita pilih saja yang sesuai dengan apa yang kita inginkan. Semoga sukses!

    Perbedaan tukang foto dengan fotografer

  • KameraMania


  • Pada dasarnya istilah tukang foto dan fotografer sama saja, yaitu orang yang ahli dalam membuat foto. Tapi istilah tukang foto lambat laun menjadi menurun nilainya, sedangkan titel fotografer semakin keren dewasa ini.
    Dulu seseorang disebut tukang foto (kadang disebut juga kameramen), adalah orang yang menguasai teknik fotografi yang baik, tapi sekarang ini, tukang foto identik dengan orang-orang yang sekedar bisa mengunakan kamera dan tidak harus ahli di dalam bidangnya, apalagi di era digital yang serba otomatis, tinggal jepret pakai lampu kilat saja langsung, pasti terang gambarnya.
    Tukang foto juga lebih identik dengan orang-orang yang menjajakan jasa foto dengan tarif relatif murah, seperti yang kita lihat di kawasan wisata ataupun tukang foto di acara-acara sosial seperti pernikahan.
    Lalu apa beda tukang foto dengan fotografer?
    Kalau tukang foto lebih bersifat reaktif terhadap suatu keadaan, fotografer pendekatannya lebih berbeda. Seorang fotografer menghabiskan banyak waktunya tidak di dalam sesi pemotretan saja, tetapi sebagian besar lebih ke pembuatan konsep & ide, perencanaan, persiapan, dan setelah selesai foto, masih harus melakukan post-processing (editing), layout dan percetakan.
    Banyak yang harus dipikirkan untuk menjadi fotografer, apalagi fotografer profesional yang bertarif tinggi. Ide kreatif, eksekusi dan hasil foto lah yang membuat seorang fotografer dibayar jauh lebih tinggi nilainya daripada aksi motret itu sendiri.

    Tips untuk memperoleh kamera dan lensa idaman

  • KameraMania


  • Seringkali, untuk mendapatkan kamera, lensa atau peralatan kamera yang kita inginkan, kita merasa sulit sekali mendapatkannya, terutama karena dana kita yang terbatas. Sebenarnya, tidak perlu jadi orang kaya untuk bisa memperoleh kamera dan lensa idaman kita. Tips-tips dibawah ini mungkin bisa membantu.
    Penghasilan tambahan
    Pertama-tama, kita perlu mendapatkan penghasilan yang lebih dari pengeluaran kita, bila tidak, maka kita akan kesulitan memenuhi kebutuhan dasar kita dan selalu tidak ada dana untuk membeli peralatan fotografi baru.
    Mencari penghasilan tambahan merupakan salah satu solusi yang baik. Pekerjaan tersebut tidak perlu dari fotografi. Lebih baikmelalui hal-hal lain yang lebih Anda lebih kuasai. Contohnya, bila Anda seorang guru, Anda bisa memberikan les privat.
    Hidup hemat
    Kecenderungan manusia bila memiliki penghasilan berlebih yaitu pengeluarannya juga biasanya meningkat seiring dengan penghasilan. Untuk itu memiliki gaya hidup hemat itu penting. Hemat bisa berarti banyak hal, tapi menurut versi saya, hemat adalah mengeluarkan biaya sedikit mungkin untuk mendapatkan hasil yang sebesar-besarnya. Namun.. jangan terjebak dengan harga yang terlalu murah. Biasanya harga yang terlalu murah dari pasaran itu memiliki resiko tinggi, misalnya mungkin itu penipuan, atau barang second yang sudah agak rusak.
    Ganti sistem
    Rumput tetangga selalu kelihatan lebih hijau, tapi jangan tergiur untuk cepat-cepat upgrade dan pindah sistem/merek kamera sebelum memang benar-benar membutuhkannya. Bukan karena biaya pindah dan upgrade mahal, tapi juga otomatis kita perlu belajar ulang tata letak dari kamera baru tersebut. Butuh waktu yang lumayan lama untuk beradaptasi dengan mulus dengan sistem atau kamera baru.
    Lensa lebih tahan lama daripada kamera
    Dalam membeli lensa, membeli lensa second atau bekas biasanya termasuk keputusan yang cukup baik, asal memang kita bisa menguji lensa atau lensanya telah diuji oleh pihak yang berpengalaman. Beberapa lensa saya adalah lensa bekas dan saya cukup senang karena mendapatkan lensa yang nyaris baru tapi harganya berbeda hampir 1.5 juta Rupiah dari yang baru.
    Membeli lensa yang berkualitas tinggi lebih baik daripada yang tanggung-tanggung, karena kualitas lensa yang tinggi itu jarang turun harganya, sebagian besar naik mengikuti inflasi dan juga kelangkaan barang.
    Beli kamera model lama
    Kamera DSLR dirilis cukup sering, dalam satu-dua tahun, biasanya model kamera DSLR baru beredar. Nah, biasanya kamera yang baru dirilis itu akan membuat kamera model yang lama menjadi turun harganya, karena toko-toko ingin menghabiskan stok lama dan mengisinya dengan kamera model baru. Kalau memang kamera model lama mencukupi kebutuhan kita, kenapa tidak memanfaatkan keadaan ini?
    Awas akan tawaran bonus atau paket
    Hati-hati dengan salesman yang membujuk-bujuk kita membeli paket bundel, misalnya kamera dengan lensa tertentu atau bonus-bonus seperti tas kamera, kartu memori atau batere tambahan. Biasanya bonus-bonus yang diberikan kualitasnya kurang baik dan sudah termasuk di dalam harganya. Jangan terbujuk karena bonusnya saja.
    Jual yang lama sebelum beli baru
    Kalau memang kita memang membutuhkan peratalan baru, tidak ada salahnya juga menjual peralatan lama yang fungsinya mirip atau memang jarang sekali kita gunakan (misalnya selama ½ tahun tidak pernah memakainya). Nah, dengan penjualan barang lama, bisa membuat dana kita lebih besar untuk membeli peralatan baru yang lebih berkualitas.
    Kerja di bidang fotografi
    Bekerja di bidang fotografi juga bisa memberikan kesempatan kita untuk memakai dan mengunakan peralatan fotografi baru. Misalnya fotojurnalisme atau fotografer wedding, tinggal pesan dari kantor saja, beres deh.
    Semoga berhasil mendapatkan apa yang diidamkan.

    Beli lensa atau beli lampu kilat / flash?

  • KameraMania


  • Salah satu pertanyaan menarik yang saya dapat dari komentar di blog ini adalah apakah lebih baik membeli flash dulu atau membeli lensa yang lebih baik kualitasnya daripada lensa kit (lensa bawaan saat membeli kamera untuk pertama kali).
    Apa yang saya baca dari laman jejaring sosial, jauh lebih banyak yang memprioritaskan lensa daripada lampu kilat. Saya sendiri pada awalnya juga begitu. Dahulu, saya sering ditugaskan sebagai fotografer dokumentasi acara. Saya pikir lensa yang berkualitas tinggi dan berbukaan besar akan bisa memecahkan masalah saya. Tapi lensa sendiri, baik yang kualitasnya tinggi sekalipun, gagal memecahkan masalah saya dalam pencahayaan.
    Seringkali di ruangan, cahaya lingkungan bercampur baur dari cahaya dari lampu di dalam ruangan yang kadang berwarna tidak sama, dan matahari dari luar yang masuk ke dalam ruangan melalui jendela. Selain itu, cahaya di dalam ruangan biasanya sangat sedikit, sehingga meski saya mengunakan lensa dengan bukaan sangat besar pun masih harus menaikkan ISO cukup tinggi, akibatnya kualitas foto menurun karena noise yang tinggi dan saturasi warna yang hilang.
    Canon Speedlite 430 EX lampu kilat pertama saya yang merupakan investasi yang sangat baik
    Canon Speedlite 430  merupakan investasi yang sangat baik
    Setelah menghabiskan puluhan juta untuk membeli lensa, akhirnya saya membeli lampu kilat pertama saya yang seharga dua jutaan. Dengan lampu kilat ini, kualitas foto saya secara konsisten meningkat dari acara ke acara.
    Dari sini saya menyadari bahwa, mengandalkan lensa dan cahaya lingkungan semata, sering sekali sulit mendapatkan hasil foto sesuai dengan yang kita inginkan. Maka dari itu, lampu kilat merupakan suatu investasi yang sangat baik untuk saya.
    Beberapa tahun belakangan ini, saya semakin menyadari bahwa dengan mengunakan lampu kilat, saya bisa belajar banyak tentang pencahayaan (salah satu pilar utama fotografi) dan saya berharap membeli lampu kilat jauh-jauh hari sebelumnya.
    Lalu kenapa sebagian besar dari kita berbondong-bondong memilih lensa berkualitas tinggi daripada lampu kilat? Ada beberapa asumsi yang terbersit di benak saya diantaranya:
    • Lampu kilat apalagi lampu studio itu mahal
    • Lampu kilat susah dipakai (tekniknya sulit dipelajari)
    • Sulit mendapatkan foto yang alami dengan lampu kilat

    Sebenarnya asumsi itu tidak semuanya benar, misalnya lampu kilat itu sebenarnya tidak begitu mahal relatif dibandingkan dengan lensa dengan kualitas tinggi yang lebih dari 10 juta rupiah. Dengan 10 juta, Anda bisa mendapatkan 2 set lampu studio lengkap dengan payung, tas, dan sebagainya (buatan Cina tentunya hehe). Lampu kilat portable (yang bisa dipasang di atas kamera) rata-rata hanya dua jutaan per lampu.
    Lalu, apakah lampu kilat susah dipakai? Nah untuk yang ini saya rasa ada benarnya. Bila kita mengunakan lampu kilat, eksposur cahaya tidak hanya bergantung pada bukaan, shutter speed dan ISO saja, tapi sudah ada variabel baru yaitu kekuatan flash, jarak flash terhadap subjek dan overlap antara cahaya flash dan cahaya lingkungan.
    Dan apakah memakai flash membuat foto kelihatan tidak alami? Nah ini tergantung, flash bisa merusak foto bila tidak digunakan dengan baik, tapi akan menjadi luar biasa bila digunakan dengan benar. Untuk ini memang harus di pelajari tekniknya (lihat poin diatas).
    Balik ke topik utama
    Siapa yang memerlukan lensa, siapa memerlukan flash? Saya pikir ini balik lagi ke kepribadian dan jenis foto yang disukai:
    • Bila Anda menyukai suka foto di luar ruangan secara alami seperti pemandangan/landscape, street photography maka kemungkinan besar flash bukan aksesoris yang penting. Aksesoris seperti tripod yang kokoh, atau filter yang berkualitas mungkin lebih penting.
    • Bila Anda menyukai bekerja di dalam ruangan (studio) sehingga bisa bekerja kapan saja baik siang, malam, subuh, dan menyukai kemampuan mengendalikan pencahayaan secara total maka investasi ke sistem lampu kilat lah yang lebih penting daripada lensa.
    • Ada juga yang suka-dua-duanya atau campuran, yaitu fotografer yang menyukai mengunakan cahaya alami dan dipadu dengan lampu kilat. Untuk golongan ini, saya sarankan untuk mengatur dana yang cukup seimbang untuk lensa dan lampu kilat.

    Berperang dengan Noise

  • KameraMania


  • Noise atau kumpulan bintik-bintik pada foto sering membuat jengkel karena membuat kualitas foto menjadi buruk. Sebelum membahas bagaimana mengatasi Noise, kita perlu mengetahui apa sih yang menyebabkan noise?
    • Ukuran sensor : Sensor berukuran besar seperti pada kamera digital SLR terutama sensor full frame memproduksi noise lebih sedikit daripada sensor berukuran kecil yang biasanya terdapat di kamera saku atau telepon seluler. Hanya saja, kamera digital SLR bersensor full frame sangat mahal dan tidak semua orang mampu membelinya. Oleh sebab itu, gunakan kamera bersensor paling besar sesanggup Anda.
    • ISO Tinggi: Foto dengan setting ISO tinggi akan meningkatkan noise. Ada waktunya kita mengunakan ISO tinggi, tapi untuk hasil maksimal, gunakanlah ISO rendah (misalnya ISO 400 atau kebawah).
    • Temperatur cahaya yang tinggi : Semakin tinggi temperatur cahaya (diukur dengan derajat Kelvin) semakin tinggi noise. Yang dimaksud dengan temperatur yang tinggi adalah warna cahaya yang kekuningan atau jingga sedangkan temperatur yang rendah adalah warna cahaya yang kebiruan.
    • Eksposur yang lama: Semakin lama kita membuka sensor untuk merekam gambar, semakin tinggi noise yang akan dihasilkan.
    • Underexposure: Saat foto yang diambil pencahayaannya kurang, noise akan muncul lebih banyak terutama di daerah yang gelap atau daerah bayangan. Maka dari itu menentukan setting eksposur yang optimal sangat penting. Untuk mengamati apakah foto over/under, Anda bisa memanfaatkan info pada histogram.
    Kadang kala karena keadaan yang tidak memungkinkan, kita terpaksa mengunakan setting atau alat yang kurang ideal sehingga foto kita banyak noise. Tapi jangan putus asa terlebih dahulu karena kita juga bisa mengunakan software tertentu untuk mengurangi noise.
    noise
    Contoh bintik-bintik pada foto / noise
    Salah satu cara yg populer adalah dengan mengambil foto bertipe RAW (Jenis file berukuran besar dan berkualitas tertinggi dibandingkan jenis JPG). Lalu mengunakan software khusus untuk kamera tersebut dan mengurangi noise yang timbul.
    Selain itu, kita juga bisa membuka file tersebut di berbagai software pengolah foto lainnya seperti Adobe Photoshop , Adobe Lightroom, Noise Ninja, Neat Image dan sebagainya. Di dalam software tersebut, tersedia beberapa tools/alat untuk mengurangi noise.
    Di banyak kamera, juga tersedia fitur NR (Noise Reduction). Fitur ini cukup membantu apabila And merekam foto jenis JPG. Tapi sebagian besar kamera tidak memiliki NR yang baik, sehingga kualitas foto menjadi turun dan detil detil halus menjadi hilang.
    Kadang, noise juga bukan menjadi musuh kita melainkan menjadi teman kita, misalnya untuk memberikan efek tekstur pada foto, menjadikan foto berkesan klasik. Memvisualisasikan foto yang mana yang cocok memiliki noise yang banyak atau tanpa noise akan membuat foto Anda terlihat lebih menarik.

    Segala hal tentang lensa telefoto

  • KameraMania


  • Biasanya, orang-orang mengunakan lensa telefoto untuk memperbesar subjek di kejauhan, tapi sebenarnya masih banyak fungsi lensa telefoto yang lain. Artikel ini akan membahas segala tentang lensa ini.
    Pertama-tama, mari kita definisikan apa yang termasuk lensa telefoto. Menurut saya sebuah lensa dianggap sebagai lensa telefoto bila memiliki rentang fokal 60mm atau lebih (ekuivalen kamera full frame). Lebih lebar dari 60mm, termasuk lensa standar atau lensa lebar.
    Ada dua tipe lensa telefoto: satu adalah lensa telefoto yang tidak bisa zoom, seperti Canon EF 85mm f/1.8. Yang kedua adalah lensa zoom, seperti Canon 70-200mm f/4 L. Lensa yang bisa zoom lebih multi fungsi, tapi yang tidak bisa zoom biasanya memiliki bukaan maksimal yang lebih lebar, berukuran kecil dan lebih lebar. Ada juga lensa sapu jagad, yang memiliki rentang fokal dari lebar sampai telefoto. Contohnya lensa 18-200mm.
    Mari kita kupas karakter lensa telefoto.

    Memperbesar subjek foto

    Karakter yang paling menonjol dari lensa telefoto adalah membesarkan subjek di kejauhan. Karakter ini membuat lensa telefoto menjadi sering digunakan untuk fotografi olahraga, satwa liar, arsitektur, pemandangan atau subjek lain dimana Anda tidak bisa mendekati lebih dekat lagi. Lensa telefoto juga ideal untuk mengambil gambar secara candid, karena saya bisa mengambil gambar dari kejauhan tanpa diketahui oleh orang yang diambil gambarnya.

    Dengan mengunakan lensa telefoto, penari yang berada jauh dari kita terlihat besar dan dekat

    Makro atau close-up

    Meskipun kita bisa memperbesar subjek foto di kejauhan, tapi sebagian besar lensa telefoto tidak sesuai untuk memperbesar subjek dari jarak dekat (makro fotografi). Hal ini disebabkan karena banyak lensa telefoto tidak bisa fokus dekat dengan subjek foto. Solusi atas hal ini adalah memakai lensa telefoto khusus untuk fotografi makro, seperti Canon EF 100mm f/2.8 USM, atau Nikon 85mm f/3.5 DX VR.

    Kedalaman fokus yang tipis

    Semakin jauh rentang fokal yang digunakan, daerah yang tidak fokus di foto (latar belakang misalnya) menjadi semakin buram. Karena karakter ini, lensa telefoto banyak digunakan untuk foto potret. Karena ini bisa membuat orang yang meliat foto fokus dalam melihat subjek foto daripada latar belakang.

    Efek Kompresi

    Karakter lain dari lensa telefoto adalah lensa telefoto membuat foto menjadi seperti terkompresi. Latar belakang dan subjek foto sepertinya menjadi terlihat dekat, foto menjadi terlihat dua dimensi. Maka dari itu, banyak fotografer memilih lensa lebar untuk foto pemandangan karena lensa lebar membuat foto menjadi berkesan tiga dimensi.
    Meskipun demikian, kadang-kadang lensa telefoto lebih baik daripada lensa lebar untuk foto pemandangan. Misalnya, lensa telefoto dapat membuat bulan atau matahari lebih besar dari pandangan mata telanjang, sehingga membuat pemandangan menjadi lebih dramatis. Lensa telefoto juga bisa membuat latar belakang seperti pegunungan menjadi lebih dekat dan lebih besar daripada sesungguhnya.

    Lensa telefoto cocok untuk mengambil foto kegiatan olahraga. Penonton terlihat seperti cukup dekat, kenyataannya cukup jauh. Hal ini karena efek kompresi
    Lensa telefoto cocok untuk mengambil foto kegiatan olahraga. Penonton terlihat seperti cukup dekat, kenyataannya cukup jauh. Hal ini karena efek kompresi

    Potret

    Seperti yang saya bahas sebelumnya, lensa telefoto cukup populer bagi foto potret, terutama foto close-up atau kepala dan bahu. Lensa telefoto bisa membuat seseorang menjadi lebih menarik, karena lensa ini bisa mengeliminasi distorsi wajah. Dan karena kedalaman fokus tipis, potret wanita menjadi menarik karena efek lembut yang ditimbulkan. Di lapangan, banyak fotografer fashion yang mengunakan lensa telefoto yang sangat panjang seperti lensa 200mm atau lebih panjang lagi.

    Foto grup

    Banyak orang percaya bahwa untuk mengambil foto grup, terutama yang memuat banyak orang, memerlukan lensa lebar. Tapi lensa lebar membuat distorsi terutama di pinggir foto. Menurut saya, mengunakan lensa telefoto untuk foto grup lebih baik.
    Ketika kita mengambil foto grup yang berukuran besar dan bertingkat-tingkat, lensa telefoto menjadi lebih berguna karena wajah orang-orang di belakang akan terlihat kurang lebih sama besar daripada orang di depan. Bila Anda mengunakan lensa lebar, maka foto orang yang baris belakang, akan terlihat jauh lebih kecil daripada orang-orang dibaris paling depan, kecuali bila kita mengambil foto dari ketinggian.
    Dengan mengunakan lensa telefoto saat mengambil foto grup, efek distorsi yang biasa terdapat di lensa lebar bisa dieliminasi.

    Tantangan dalam mengunakan lensa telefoto

    Akan ada beberapa tantangan saat memakai lensa telefoto. Pertama, akan lebih sulit membuat kamera dan lensa stabil sehingga foto yang dihasilkan tidak kabur/buram. Hal ini karena ukuran lensa telefoto yang relatif lebih besar dan berat dari lensa lebar. Untuk pengambilan foto yang sempurna, mungkin Anda memerlukan tripod atau meningkatkan shutter speed dan ISO sesuai dengan kebutuhan.
    Tantangan kedua adalah ukuran yang besar dan berat. Akan lebih menyulitkan membawa lensa telefoto dalam perjalanan jauh. Anda juga akan menarik perhatian orang bila menenteng lensa telefoto yang panjang.
    Tantangan ketiga yaitu luas lapangan. Anda memerlukan tempat yang cukup luas supaya lensa telefoto bisa berfungsi dengan baik. Misalnya, Anda memerlukan kurang lebih tiga meter bila ingin foto close-up dengan mengunakan lensa telefoto medium 85mm. Bila mengunakan lensa yang lebih panjang lagi, seperti 100 atau 200mm, Anda memerlukan ruang yang lebih besar lagi. Sebagian besar lensa telefoto juga memiliki minimum jarak fokus yang cukup jauh yaitu diatas 1 meter, kecuali lensa makro.
    Kekurangan terakhir adalah harga. Banyak lensa telefoto dijual dengan harga lebih mahal dari lensa lebar terlebih untuk lensa telefoto yang berbukaan besar dan memiliki fitur peredam getar (image stabilization/vibration reduction). Parahnya, lensa telefoto lebih memerlukan fitur-fitur ini daripada lensa lebar.

    Lensa super telefoto zoom buatan Sigma, 200-500mm
    Lensa super telefoto zoom buatan Sigma, 200-500mm

    Saya harapkan artikel ini bisa membuat saudara-saudari sekalian lebih mengerti tentang karakter lensa telefoto dan bisa mengunakan lensa telefoto lebih efektif.

    8 Langkah sebelum memotret

  • KameraMania


  • Berbeda dengan pendapat yang popular, foto yang bagus bukan di dapat karena keberuntungan, tapi lebih ke pengambilan keputusan. Banyak hal yang perlu di pikirkan sebelum membuat sebuah foto. Untuk pemula, sulit rasanya harus memikirkan begitu banyak langkah. Tapi dengan latihan yang berkesinambungan, saya yakin kita akan dapat melakukannya secara alami.

    1. Temukan subjek yang menarik

    Cobalah untuk memilih subjek yang menarik, misalnya di jalan-jalan yang sibuk, usahakan mengambil foto potret dari orang, sebuah bangunan, mobil atau sebuah aktifitas. Berhati-hatilah untuk tidak memasukkan terlalu banyak elemen dalam foto tersebut. Terlalu banyak detail akan membuat orang yang melihat foto menjadi bingung tentang apa yang ingin Anda sampaikan.

    2. Kualitas dan arah cahaya

    Mengetahui kualitas dan arah cahaya sangat memperngaruhi suasana foto. Secara umum, ada tiga jenis cahaya
    Cahaya yang keras (hard light): Biasanya diperoleh dari sumber cahaya yang relatif kecil / terkonsentrasi. Misalnya: cahaya matahari, lampu kilat kamera, senter.
    Cahaya (soft light): Biasanya diperoleh dari sumber cahaya yang relatif besar. Contohnya soft box, reflektor, permukaan langit-langit.
    Yang terakhir adalah cahaya yang menyebar (diffused light). Cahaya model ini berasal dari sumber cahaya yang relatif sangat besar. Misalnya langit di saat mendung atau tertutup awan.
    Arah cahaya (depan, belakang, samping, atas, bawah) juga merupakan aspek yang penting untuk memberikan kesan tertentu. Perhatikan baik-baik arah dan kualitas cahaya.
    Cahaya yang keras (hard light) memberikan suasana yang dramatis dan menonjolkan karakter subjek
    Cahaya yang keras (hard light) memberikan suasana yang dramatis dan menonjolkan karakter subjek

    3. Komposisi

    Langkah pertama dalam membuat komposisi yang baik adalah memulai dari memilih latar belakang. Latar belakang yang bersih / polos adalah langkah awal yang baik. Kemudian posisikan subjek dalam lapisan-lapisan. Aturlah sedemikian rupa sehingga komposisi foto terlihat menarik.
    Jika Anda baru memulai fotografi, Anda selalu bisa mempelajari rumus-rumus komposisi sebagai acuan. Banyak aturan komposisi yang bisa membantu Anda membuat komposisi yang menarik seperti rule of thirds, golden rasio, skala dan lain-lain.

    4. Pilih bukaan / aperture

    Bukaan lensa menentukan berapa banyak cahaya yang masuk ke bodi kamera. Bukaan juga mengatur kedalaman fokus (depth of field). Semakin besar bukaan lensa, semakin tipis kedalaman fokus dan sebaliknya. Kita harus menentukan apakah foto yang kita ambil memiliki kedalaman fokus yang tipis atau dalam.
    Secara umum untuk foto potret, kita ingin kedalaman fokus yang tipis sehingga potret tersebut terlihat lebih artistik, sehingga bukaan yang kita pilih seharusnya besar. Tapi kalau kita foto pemandangan, kita biasanya ingin semua elemen dalam foto terlihat jelas dan fokus, maka bukaan yang kita pilih seharusnya kecil.

    5. Pilih kecepatan rana / shutter speed

    Kemudian, kita harus menentukan apakah kita mau membekukan subjek foto, atau merekam pergerakan subjek. Bila kita ingin membekukan subjek, kita harus dengan mengeset shutter speed dengan teliti.
    untuk mencegah blur karena tangan + kamera kita bergoyang, kita juga harus mengikuti aturan 1 / ukuran fokal lensa. Kemudian kita amati berapa cepat subjek foto bergerak. Subjek foto yang bergerak dengan kecepatan tinggi membutuhkan kecepatan rana yang sangat cepat.

    6. Memilih lensa dan fokal lensa yang optimal

    Tidak semua lensa itu menghasilkan hasil yang sama. ada lensa lebar, lensa standard dan lensa telefoto. Setiap fokal lensa memiliki karakteristik sendiri-sendiri. Lensa lebar memberikan kesan dimensi, distorsi, dan kedalaman fokus yang dalam. Di lain pihak, lensa telefoto membuat foto menjadi dua dimensi (efek kompresi), membuat kedalaman fokus menjadi tipis dan membesarkan subjek yang jauh.
    Cobalah foto dengan lensa yang berbeda-beda dan fokal lensa yang berbeda-beda untuk semakin memahami efek-efek yang ditimbulkan tiap-tiap lensa.

    7. Tentukan ekposur yang optimal

    Kamera biasanya menentukan secara otomatis ekposur yang optimal. Tapi kadang setting yang dibuat kamera tidak sesuai dengan keinginan kita. Misalnya, bila kita ingin membuat foto low key (foto yang bernuansa gelap) atau high key (foto bernuansa terang), kita harus mengatur setting kamera sendiri supaya optimal.
    Tentukan setting eksposur kamera tergantung dari hasil akhir yang Anda visualisasikan dengan mode manual atau gunakan fungsi kompensasi ekposur, saat mengunakan setting otomatis atau semi otomatis (P,S,A)

    8. Timing

    Putuskan juga apakah waktu dalam pengambilan gambar penting atau tidak. Untuk foto still life (subjek tidak bergerak), timing mungkin tidak terlalu penting. Tapi untuk candid terutama foto olahraga, timing menjadi sangat penting. Bila demikian, berlatihlah untuk bisa mengambil foto dengan waktu yang tepat. Latihan antisipasi, kesabaran dan kuasailah kamera/alat fotografi Anda sehingga bisa mengambil foto dengan timing yang optimal.
    Untuk foto olahraga, timing dan setting shutter speed yang optimal merupakan hal yang penting
    Untuk foto olahraga, timing dan setting shutter speed yang optimal merupakan hal yang penting

    Tips auto fokus

  • KameraMania


  • Fokus yang akurat penting untuk mendapatkan hasil foto yang tajam. Foto yang fokusnya melenceng sulit atau hampir tidak bisa diperbaiki.
    Di jaman dulu, hanya ada manual fokus. Manual fokus untuk kamera digital SLR agak sulit karena banyak kamera yang memiliki jendela bidik kecil dan kurang terang. Tapi untunglah kamera digital SLR modern memiliki auto fokus.
    Meski demikian, kita harus menentukan moda auto fokus yang tepat supaya gambar yang dihasilkan tajam dan konsisten.
    Berikut ini adalah beberapa mode auto fokus yang biasa ditemui di kamera DSLR:
    AF-S atau single point focus (Nikon) atau One Shot (Canon)
    Mode ini cukup sederhana, Anda memilih satu titik fokus, kemudian tekan setengah tombol shutter. Kamera akan mengunci titik fokusnya. Meskipun objek foto bergerak, fokus tetap tidak berubah.
    Mode ini khusus untuk objek foto yang tidak bergerak, seperti pemandangan, foto model, produk dan sebagainya. Hati-hati dalam memakai mode ini karena bila objek foto bergerak maka fokus tidak akurat lagi.
    AF-C atau Continuous auto focus (Nikon) atau AI Servo (Canon)
    Mode ini kebalikan dengan mode yang pertama diatas. Saat auto fokus diaktifkan dengan menekan tombol shutter setengah penuh, kamera akan mengikuti gerak objek foto yang bergerak. Mode ini cocok untuk fotografi olahraga, burung, dan benda yang bergerak lainnya.
    Cara kerjanya kurang lebih adalah kamera memprediksi gerakan objek foto dan kemudian memindahkan titik fokus sesuai yang diprediksikan. Apa yang perlu kita lakukan hanya terus menekan tombol shutter setengah penuh dan mengikuti objek fotonya.
    Di kamera DSLR yang canggih, biasanya mode ini bisa dimodifikasi secara khusus tergantung dengan keinginan dan pergerakan objek foto.
    AF-A atau AI-Focus
    Mode auto fokus ini adalah mode campuran antara mode auto fokus single shot dan continuous servo. Bila kamera mendeteksi objek foto tidak bergerak, maka otomatis akan bersifat seperti auto fokus single shot, tapi kalau kamera mendeteksi objek foto bergerak, maka akan otomatis memprediksi letak dan mengikuti objek foto.
    Mode ini ideal untuk objek foto yang tidak bergerak namun akan segera bergerak. Untuk objek yang tidak bergerak atau sedang bergerak, lebih baik langsung mengunakan auto fokus single shot atau continuous daripada mode otomatis ini.

    Memilih titik fokus

    9 titik auto fokus yang biasanya dijumpai di kamera DSLR Canon
    9 titik auto fokus yang biasanya dijumpai di kamera DSLR Canon
    Selain mode auto fokus diatas, kamera digital SLR juga memungkinkan kita memilih titik fokus yang dikehendaki, ataupun membiarkan kamera memilih titik fokus.
    Bila kita memilih kamera yang menentukan titik fokus untuk kita, biasanya kamera akan berusaha mendeteksi muka seseorang (face detection) atau memilih objek terdekat dengan kamera.
    Manual fokus
    Meskipun di era kamera digital SLR, fungsi manual fokus sudah banyak ditinggalkan, namun ada beberapa kondisi dimana manual fokus mutlak atau dianjurkan untuk dipakai.
    Manual fokus lebih baik untuk foto makro / close up benda-benda kecil, seperti serangga, bunga dan sebagainya. Hal ini disebabkan karena auto fokus biasanya gagal mendeteksi objek yang terlalu dekat dan objek dengan lensa dan bila objek foto memiliki kontras yang rendah.
    Beberapa tahun terakhir ini, banyak kamera digital SLR yang telah memiliki fitur live view, dimana kita bisa melihat langsung objek foto melalui layar LCD. Kita juga bisa mengunakan tombol zoom untuk membesarkan gambar di LCD. Mengunakan fitur ini dengan manual fokus saat kamera didudukan di atas tripod bisa menghasilkan foto dengan auto fokus yang sangat akurat.
    Tips auto fokus
    Supaya fokus foto selalu tepat sasaran, berikut tips-tips yang mungkin bisa membantu:
    1. Gunakan titik fokus tengah terutama bila Anda memiliki kamera digital SLR pemula atau kamera yang sudah berumur. Titik fokus tengah adalah titik fokus yang paling sensitif dan akurat.
    2. Tekan tombol shutter setengah penuh untuk mengunci fokus, kemudian Anda bisa merekomposisikan foto dengan menggeser kamera ke kiri atau ke kanan.
    3. Nyalakan lampu bantu auto fokus (AF Assist Lamp) untuk membantu auto fokus di kondisi cahaya yang gelap.
    4. Auto fokus sering gagal saat kita mencoba untuk fokus ke objek foto yang kurang kontras. Maka dari itu, cari bagian yang kontras atau ujung objek. Kemudian kunci fokus dengan menekan tombol setengah penuh dan rekomposisikan foto dengan menggeser kamera bila perlu.
    5. Lihat konfirmasi fokus di dalam jendela bidik, biasanya berupa bulatan hijau atau kotak hijau. Bila sudah muncul, itu berarti bahwa fokus sudah terkunci sempurna. Ini berlaku juga ketika mengunakan manual fokus.
    6. Gunakan fitur live view untuk membesarkan objek foto sehingga fokus menjadi sangat akurat, tapi jangan lupa memakai tripod saat mengunakan metode ini.

    Cahaya yang keras vs Cahaya yang lembut untuk foto potret

  • KameraMania
  • potret-cahaya-keras
    Foto potret dengan cahaya ang keras


    potret-cahaya-lembut
    Foto potret dengan cahaya yang lembut



    Cahaya yang seperti apa yang bagus buat potret?
    Cahaya yang keras, sumber cahayanya relatif kecil, yaitu sinar matahari di sore hari. Arah cahaya dari arah samping kanan model.
    Mungkin ada yang bingung, sinar matahari kok disebut sumber cahaya yang kecil? Ini karena letaknya yang sangat jauh dari bumi sehingga menjadi relatif kecil dipandang dari bumi, kecuali bila awan menutupi sinar matahari.
    Kalau kita perhatikan, cahaya yang keras menghasilkan foto yang sangat kontras. Bayangan yang terbentuk juga sangat jelas dan ngeblok (pemisahan yang jelas antara bagian yang disinari dan bayangan). Bayangan semacam ini menutupi sebagian sisi wajah sehingga wajah model terlihat menjadi kurus. Tekstur kulit seperti jerawat, keriput akan menonjol (untungnya, model kita ini memiliki wajah yang cukup mulus).
    Sebaliknya cahaya yang lembut akan menghasilkan foto yang tidak sekontras cahaya yang keras, tekstur muka tidak terlalu menonjol, dan bayangannya bergradasi atau hampir tidak ada.

    Untuk mendapatkan cahaya yang lembut, kita perlu sumber cahaya yang relatif besar, dalam foto ini, sebuah reflektor berbentuk bulat di gunakan untuk memblok sinar matahari yang datang dari sebelah kanan model. Sehingga jatuhnya cahaya lingkungan lebih merata di wajah model.
    Nah yang mana yang lebih bagus? cahaya yang keras atau lembut? semua tergantung selera. Menurut saya dua-duanya sama bagus. Cahaya yang keras terlihat lebih dramatis, sedangkan cahaya yang lembut membuat wajah lebih halus.
    Nah, buat teman-teman sekalian, menurut kalian sendiri, mana yang lebih bagus? foto yang atas atau yang bawah? terus alasannya apa?
    Jawabannya ditunggu!

    Tips membuat foto yang indah dan cantik

  • KameraMania


  • Sebagian besar dari kita bertujuan membuat foto yang indah dan cantik. Jika kita lihat foto-foto yang beredar di internet seperti foto model, fashion, wedding, dan iklan, biasanya terfokus pada keindahan atau kecantikan.
    Lalu bagaimana kita bisa membuat foto yang indah? Tentunya kita harus mempelajari apa yang dipersepsikan indah dan cantik oleh orang-orang kebanyakan.
    beauty-01-chris-willis
    Cantik = Model yang berawajah cantik dan berkulit putih mulus - Foto oleh Chris Willis, Creative Commons

    Dalam sebuah riset di bidang psikologi, didapatkan bahwa orang-orang cenderung menyukai foto yang  terang dan kontrasnya tinggi. Selain itu biasanya orang-orang menyukai foto yang kaya warna, seperti pemandangan alam, sunset dan sunrise.
    Orang-orang juga menyukai foto yang terlihat tajam, sehingga perdebatan antara lensa atau merek kamera yang mana yang membuat foto lebih tajam selalu ramai di forum-forum fotografi.
    Di dalam foto portrait (foto orang), sebagian orang pun menyukai foto model yang cantik. Wajah yang cantik biasanya memiliki bentuk yang simetri dan proporsional. Wajah yang cantik juga memiliki kulit yang bebas jerawat atau bintik-bintik pada wajah dan tentunya mulus. Maka dari itu, banyak fotografer mengunakan pengolah gambar untuk memuluskan wajah manusia yang biasanya tidak sempurna.
    Di foto portrait wanita, biasanya orang-orang menyukai model yang tinggi semampai dengan kaki yang panjang, pinggang yang ramping tapi berukuran dada yang besar. Sedangkan untuk pria, orang-orang menyukai dada dan perut yang berotot, tinggi dan berbahu lebar.
    Tapi hati-hati juga karena setiap daerah dan budaya berbeda-beda. Misalnya saja, di Indonesia, wanita cantik itu berkulit putih seperti bule, sedangkan di negeri barat, malah kulit yang kecoklat-coklatan atau sawo matang justru lebih cantik daripada kulit pucat. Maka dari itu bule-bule suka ke pantai untuk “menggosongkan kulit mereka.”

    Membuat foto cantik itu gak sesukar yang dibayangkan:

    1. Komposisi foto yang baik
    2. Pengunaan / penempatan sumber cahaya/lighting yang tepat untuk menonjolkan hal-hal yang indah dan menutupi hal yang kurang indah
    3. Penguasaan digital imaging untuk membuat gambar lebih cantik lagi (tapi awas berlebihan!)
    4. Less is more : Fokus ke yang cantik & indah saja
    5. Cari pemandangan atau orang yang cantik untuk di foto
    6. Kuasai dasar fotografi dan pengunaan lensa yang tepat
    7. Perhatikan harmoni dan keseimbangan : Warna, tekstur dan hubungan antara subjek dan latar belakang perlu dipertimbangkan.
    Indah = Pemandangan alam yang kaya warna - foto oleh Kevin Cole - Creative Commons
    Indah = Pemandangan alam yang kaya warna - foto oleh Kevin Cole - Creative Commons
    Nah gampang kan membuat foto yang cantik dan indah? Tapi fotografi bukan terbatas hanya membuat foto yang cantik dan indah saja. Fotojurnalisme misalnya, justru sengaja menghindari yang cantik-cantik dan indah-indah. Malahan mencari kondisi kehidupan yang kurang baik, misalnya korban perang, gempa bumi dan lain-lain.
    Ada pula human interest yang fokus kepada adegan-adegan dan realita kehidupan yang  alami.  Selain itu ada fotografer yang memfokuskan untuk mengabadikan hal-hal yang sering dijumpai sekitar rumah. Meski bagi sebagian orang akan menganggap fotografi yang tidak indah dan tidak cantik membosankan, tapi dengan komposisi dan pencahayaan tertentu, foto bisa terlihat lebih menarik.
  • KameraMania
  • Kenapa mendingan shoot JPG daripada RAW?

    by Enche on March 16, 2011
    Meski saya hampir selalu shoot foto bertipe RAW, terutama bila fotonya untuk yang kerjaan yang serius, tapi kadangkala ada bagusnya juga merekam foto dengan format JPG.
    Keuntungan format JPG selain ukuran filenya yang kecil, ternyata juga lumayan cocok buat yang baru belajar. Mengapa?
    Karena untuk mendapatkan hasil yang optimal dari JPG, diperlukan usaha ekstra dan tepat saat pemotretan. Kesalahan foto di file RAW mudah diperbaiki, misalnya kalau foto yang gelap tinggal di terangin, kalau warnanya salah bisa diubah, semuanya tanpa mengurangi kualitas foto. Lama-lama fotografer bisa jadi malas dan asal jepret aja.
    Tapi kalau file JPG itu lebih susah dikoreksi karena bisa mengurangi kualitas foto. Kesalahan waktu foto lebih terlihat di file JPG, Oleh karena itu, kalau ingin belajar dari kesalahan dan ingin menjadi fotografer yang presisi (mengambil foto dengan setting yang tepat untuk setiap suasana), maka, berlatih dengan merekam foto dengan format JPG boleh dicoba.
    Hal-hal yang perlu diperhatikan dengan cermat saat shooting dengan format foto JPG:
    • Exposure (gelap terang) yang tepat
    • White Balance yang tepat
    • Picture style/control yang tepat (saturasi, ketajaman, dll)
    • Noise reduction (pengendali noise)
    • Dynamic Range optimizer seperti D-lighting, dll

    Beda exposure compensation dan flash compensation

  • KameraMania


  • Apa beda exposure compensation dan flash compensation?
    Bedanya:
    flash compensation
    flash compensation

    Flash compensation hanya mempengaruhi daerah yang disinari lampu kilat (foreground) dan tidak mempengaruhi daerah yang tidak disinari lampu flash (background).

    Sedangkan eksposure compensation pengaruhi keseluruhan pencahayaan, baik foreground maupun background.
    Dalam prakteknya, kita mengubah nilai flash compensation bila kita daerah yang diterangi lampu kilat terlalu terang / gelap. Sedangkan kita mengubah nilai exposure compensation bila keseluruhan foto (baik foreground dan backgroudn terlalu terang).
    exposure-compensation-button
    simbol exposure compensation

    Ada juga saat kita mengubah keduanya, misalnya saat daerah yang diterangi lampu kilat terlalu gelap, sedangkan latar belakang terlalu terang, kalau demikian, kita menurunkan nilai exposure compensation, dan kemudian menaikkan nilai flash compensation sebanyak dua kali dari nilai exposure compensation.
    Gak bingung lagi kan?

    Tips foto orang yang pakai kacamata

  • KameraMania


  • Membuat foto orang yang memakai kacamata biasanya mengalami kendala apabila kita mengunakan lampu kilat. Hal ini disebabkan karena cahaya lampu kilat dari depan memantul balik ke kamera. Untuk mencegahnya bacalah tips dibawah ini:
    1. Lepaskan kacamatanya.
    2. Cara lain yaitu melepas lensa dari kacamata (bila Anda memiliki alat dan mengetahui caranya).
    3. Atur pose supaya jangan menghadap sumber cahaya (lampu kilat) secara langsung, tapi lebih menyerong ke kanan atau ke kiri, sehingga pantulannya tidak balik ke lensa tau ke samping.
    4. Geser kacamatanya sehingga mengarah sedikit kebawah, sehingga cahaya dari lampu kilat tidak dipantulkan balik ke lensa tapi ke bawah lensa.
    5. Hindari menembakkan lampu kilat secara langsung, coba memakai teknik bounce (ke langit-langit)
    6. Bila memakai lampu kilat “off camera” (dilepas dari kameranya), maka sebaiknya lampu kilatnya ditempatkan setinggi mungkin sehingga pantulan cahaya ke kacamata terpantul ke bawah tidak lurus ke lensa.

    Mengendalikan Eksposur

  • KameraMania

  • Kadang saya mendapatkan pertanyaan dari murid saya, bagaimana cara memulai untuk setting bukaan, shutter speed dan ISO? nah tidak ada jawaban yang pasti. Setiap orang memiliki gaya dan kebiasaan yang berbeda-beda apalagi di jaman sekarang, dimana setiap kamera sudah punya banyak mode-mode otomatis dan semi otomatis yang canggih.
    Nah, bagaimanakah gaya jaman orang dulu? sebelum kamera digital yang serba otomatis ini dibuat?
    Pertama-tama adalah dengan menentukan ISO. Di jaman dulu, ISO disebut juga dengan ASA, yaitu tingkat kepekaan film. Nah, kita pertama-tama memilih film dengan ASA sesuai dengan kondisi cahaya tempat kita memotret. Di keadaan yang terang, kita memakai film dengan ASA 100 atau 200. Di kondisi yang agak gelap, kita memakai ISO 400 atau 800. Di tempat yang gelap sekali, kita memakai ISO 1600.
    Hal ini bisa diaplikasikan juga di era fotografi digital. Kamera mode yang kita pakai adalah manual, supaya bisa mengendalikan nilai-nilai bukaan, shutter speed dan ISO.
    Pertama-tama kita menetapkan ISO berdasarkan kondisi cahaya yang ada. Kemudian, tinggal mengatur bukaan yang dikehendaki sesuai dengan seberapa blur latar belakang yang diinginkan. Terakhir, kita tinggal mengatur shutter speed sesuai dengan kondisi cahaya yang ada.
    Cara lain yang saya pakai dengan kamera Nikon adalah memanfaatkan fungsi auto ISO.
    Kamera Nikon yang saya pakai D90 dan D700, dan sepertinya hampir semua kamera DSLR Nikon memiliki fungsi auto-ISO yang canggih. Ini bisa sangat membantu bila dimanfaatkan dengan baik.
    auto-iso-nikonPertama-tama kita mengatur batas maksimum ISO yang dikehendaki. Semakin tinggi nilai ISOnya, fotonya akan semakin buruk, tapi ISO tinggi penting juga untuk mencegah foto terlalu gelap atau shutter speed menjadi terlalu rendah sehingga gambar blur. Biasanya saya set ISO minimum ke 200 dan maksimum ke ISO 1600. Hal ini karena ISO 3200 kualitas fotonya sudah terlalu buruk menurut saya untuk kamera Nikon D90. Untuk kamera full frame seperti Nikon D700, saya berani memakai sampai ISO 4000.
    Kemudian saya mengatur minimum shutter speed minimum. Nah nilai ini tergantung dari lensa yang dipakai. Kalau lensanya panjang atau saya foto benda yang bergerak, saya set minimumnya agak cepat misalnya 1/250 detik agar foto tidak blur.
    Setelah itu, saya tinggal memakai mode kamera A/Av alias aperture priority untuk mengatur bukaan, kamera akan secara otomatis mencari nilai shutter speed dan ISO yang dikehendaki.
    Keuntungan memakai cara ini dibanding cara tradisional adalah kita tidak usah repot mengubah setting shutter speed dan ISO dan juga tidak takut foto menjadi blur. Lalu keuntungan lainnya  adalah kita mendapatkan foto dengan nilai ISO yang lebih optimal daripada tetap di satu nilai saja.
    Selamat berkreasi. Kalau bingung, silahkan baca-baca gold triangle of fotografi.

    Pilihan lensa ekonomis untuk DSLR pemula

  • KameraMania
  • Banjirnya produk DSLR pemula (entry level) telah membawa perubahan pada segmentasi pembeli kamera digital. Bila dahulu mereka yang punya DSLR kebanyakan adalah para fotografer yang sudah punya koleksi lensa lama, maka kini banyak pemilik DSLR (pemula) yang baru pertama kali bergabung di dunia DSLR. Dengan demikian, umumnya kelompok ini barulah berkenalan dengan satu macam lensa, yaitu lensa kit yang disediakan dalam paket penjualan. Kalaupun sedang berencana membeli DSLR, adakalanya mereka bingung apakah akan membeli DSLR plus lensa kit ataukah DSLR body-only.
    lensaSebelum membahas lebih jauh, kami luruskan dahulu bahwa lensa kit yang umum dijadikan paket penjualan DSLR adalah lensa zoom dengan rentang fokal yang setara dengan 28-85mm, dengan bukaan f/3.5-5.6 dan berbahan plastik. Pada dasarnya tidak ada yang salah dengan lensa kit semacam ini. Harga jualnya yang tergolong murah tidak berarti lensa kit memakai elemen optik murahan. Harga murah karena desain lensa kit ini memakai bukaan variabel (tidak konstan) yang tergolong kecil, pemakaian material bodi dan mounting dari bahan plastik, dan minimnya fitur profesional seperti distance marking skale. Namun lensa kit masa kini sebagian sudah dilengkapi dengan fitur yang bermanfaat seperti motor fokus dan stabilizer optik.
    Bila  anda sedang mempertimbangkan lensa lain selain lensa kit, atau saat anda hanya ingin membeli DSLR body only dan perlu mencari lensa ekonomis yang bisa diandalkan, berikut kami hadirkan beberapa jenis lensa ekonomis dengan harga dibawah 5 juta, sebagai bahan pertimbangan anda.

    Lensa fix/prime

    Lensa dengan fokal tetap memang jadi unggulan utama karena ketajaman dan bokehnya yang tak tertandingi oleh lensa zoom, maka itu wajar bila ada yang menganggap lensa prime merupakan lensa wajib untuk fotografer. Selain itu lensa fix jauh lebih murah bila dibanding dengan lensa zoom, karena hanya memiliki sedikit komponen optik. Namun memakai lensa fix tentu perlu banyak ekstra usaha untuk berganti komposisi karena anda tidak bisa bermain zoom. Fokal lensa fix yang cukup populer adalah lensa prime dengan fokal ‘normal’ 50mm, meski ada juga fix yang wide hingga fix yang (sangat) tele. Meski demikian, untuk urusan potret wajah, anda bisa memilih lensa fix dengan fokal berapapun asal diatas 35mm (dibawah 35mm sudah tergolong wideangle yang kurang cocok untuk potret wajah karena efek distorsi lensa).
    Contoh lensa prime 50mm f/1.8
    Contoh lensa prime 50mm f/1.8
    Lensa fix yang populer karena harganya adalah lensa normal (sekitar 50mm) dengan bukaan berkisar antara f/1.8 hingga f/2.8 karena secara ukuran bukaan diafragma sudah cukup besar (atau biasa disebut lensa cepat) sehingga sudah sangat handal dipakai di kondisi low-light, meski bukaannya tentu tidak sebesar lensa fix kelas mahal seperti f/1.4 apalagi f/1.2.
    Pilihan lensa prime normal dengan harga terjangkau diantaranya :
    • Canon EF 50mm f/1.8 II (1 jutaan)
    • Nikon AF 50mm f/1.8 (1 jutaan - tidak bisa auto fokus bila dipakai di D40-D5000)
    • Nikon AF-S 35mm f/1.8 DX (3 jutaan, bisa autofokus di D40-D5000)
    • Sony SAL 50mm f/1.8 DT (2 jutaan)
    • Pentax DA 40mm f/2.8 (2,5 jutaan)
    • Olympus Zuiko 35mm f/3.5 macro

    Lensa zoom - tele

    Bila seseorang telah memiliki sebuah lensa kit, umumnya telah merasakan kurangnya kemampuan telephoto dari lensa kit yang memang terbatas. Maka itu untuk memenuhi hasrat ingin menjangkau lebih jauh, pemilik DSLR plus lensa kit lalu mencari lensa kedua yang berjenis lensa zoom tele. Lensa zoom tele artinya lensa zoom dengan variabel fokal yang berkisar di rentang tele, biasanya dimulai dari 50mm hingga 400mm. Tidak semua lensa tele itu berjenis lensa zoom, ada juga lensa tele yang fix di suatu fokal tertentu, misal 500mm. Dalam hal ini kami pilihkan lensa zoom tele supaya praktis dan sekaligus kami pilihkan yang harganya juga terjangkau. Diantara beberapa pilihan lensa zoom tele, rentang yang dianggap cukup ekonomis adalah rentang 50-200mm dan 70-300mm.  Lensa zoom semacam ini punya bukaan diafragma yang variabel sehingga bisa dijual lebih murah dan ukurannya lebih kecil, bedakan dengan lensa zoom tele yang punya bukaan konstan f/2.8 atau f/4 yang berukuran besar dan harganya mahal.
    Lensa zoom tele 40-150mm (setara 80-300mm)
    Lensa zoom tele 40-150mm (setara 80-300mm)
    Pilihan lensa zoom tele ekonomis diantaranya :
    • Canon EF-S 55-250mm f/4-5.6 IS (2,5 jutaan)
    • Nikon AF-S 55-200mm f/4-5.6 VR (2,5 jutaan)
    • Pentax DA 50-200mm f/4-5.6 ED (2,5 jutaan)
    • Sony SAL 55-200mm f/4-5.6 DT (2,5 jutaan)
    • Olympus Zuiko 40-150mm f/4-5.6 (2,5 jutaan)
    • Sigma APO 70-300mm f/4-5.6 DG macro (3 jutaan)
    • Tamron AF 70-300mm f/4-5.6 Di LD (2,5 jutaan)

    Lensa zoom - all-round

    Lensa zoom all-round atau all in-one diterjemahkan sebagai lensa zoom yang memiliki rentang fokal yang efektif untuk segala keperluan dari wide hingga tele. Tak seperti lensa kit yang zoomnya umumnya pendek (3x), lensa zoom all-round dirasa lebih praktis dan lebih panjang (5-10x). Praktis karena cukup punya satu lensa sehingga mengurangi frekuensi berganti lensa hanya untuk mendapat fokal tertentu (apalagi bila sering berganti lensa beresiko masuknya debu ke dalam sensor), meski secara optik tentu semakin panjang zoom lensa maka ketajamannya juga akan semakin menurun. Meski tidak ada aturan baku, lensa zoom all-round ini biasanya bermula dari 18, 24 atau 28mm dan berakhir di 100 hingga 200mm. Bila anda memilih membeli lensa zoom all-round, maka lensa kit yang sudah anda miliki bisa dijual saja.
    Kekurangan lensa zoom semacam ini adalah masalah bukaan lensa yang tidak mungkin dibuat besar dan konstan. Sebagai konsekuensi dari rumitnya susunan optik didalam lensa, maka desain aperture di dalam lensa semacam ini umumnya bermula dari f/3.5 di posisi wide-end dan mengecil hingga f/6.3 di posisi tele-end. Maka itu lensa ini biasa disebut dengan lensa lambat, dan tidak cocok dipakai di daerah kurang cahaya.
    Lensa all-around Pentax 18-250mm
    Lensa all-around Pentax 18-250mm
    Pilihan lensa zoom all-round yang cukup terjangkau diantaranya :
    • Canon EF-S 18-135mm f/3.5-5.6 IS baru (4 jutaan)
    • Nikon AF-S 18-105mmf/3.5-5.6 DX VR (3.5 jutaan)
    • Tamron 18-200mm f/3.5-6.3 (3 jutaan)
    • Sigma 18-200mm f/3.5-6.5 DC OS (4 jutaan)
    Adapun lensa zoom all-round lain yang dijual di kisaran 5 hingga 10 juta, bagi sebagian orang masih tergolong ekonomis meski tak dipungkiri bagi sebagian lainnya sudah tergolong mahal. Padahal banyak lensa-lensa berkualitas di kisaran harga ini, maka sebagai bonus kami sampaikan juga beberapa produk lensa yang mungkin menarik minat anda bila dananya mencukupi :
    • Canon : EF-S 18-200mm f/3.5-5.6 IS (7 jutaan), EF-S 15-85mm f/3.5-5.6 IS USM (6 jutaan)
    • Nikon : AF-S 18-200mm f/3.5-5.6 VR (8 jutaan), AF-S 16-85mm f/3.5-5.6 DX VR (6 jutaan)
    • Olympus : Zuiko 14-54mm f/2.8-3.5 II (6,5 jutaan),  Zuiko ED 12-60mm f/2.8-4.0 SWD (9,5 jutaan)
    • Pentax : DA 18-250mm f/3.5-6.3 ED SMC (6 jutaan)
    • Sony : 18-200mm f/3.5-6.3 DT (6 jutaan), SAL 16-105mm f/3.5-5.6 DT ( 7 jutaan)

    Panduan memilih lensa DSLR

  • KameraMania


  • Tech tipsComputer Tricks
    Ada banyak jenis dan macam lensa kamera DSLR. Selain berbeda jenis atau tipenya, perbedaan harga pun amat mencolok, mulai dari kurang dari satu juta hingga ratusan juta rupiah. Hal ini bisa membuat bingung mereka yang berencana membeli kamera DSLR atau menambah koleksi lensanya. Bila di artikel lalu kami sudah sajika cara menilai kualitas lensa DSLR, kini kami hadirkan panduan dalam memilih lensa DSLR. Selamat membaca..
    Panduan yang kami susun kali ini bersifat umum dan simpel, tidak seperti panduan sebelumnya yang khusus membahas lensa Canon dan Nikon saja. Di artikel kali ini kami golongkan lensa DSLR dalam berbagai kelompok utama, yaitu berdasarkan diameternya, berdasarkan jenisnya dan berdasarkan bukaan diafragmanya.

    Diameter Lensa

    Pertama, berdasarkan diameter lensa, kini dikenal dua golongan umum yaitu :
    • lensa full-frame (35mm)
    • lensa crop sensor
    Untuk lensa full-frame, diameter optiknya lebih besar daripada lensa crop sensor. Hal ini karena lensa full-frame didesain untuk bisa dipakai di DSLR full-frame dan SLR film 35mm. Di pasaran, kita perlu mengenali kode yang menunjukkan lensa full-frame, misalnya EF untuk Canon, FX untuk Nikon, DG untuk Sigma dsb.
    Sedangkan lensa crop sensor berukuran lebih kecil, didesain untuk DSLR dengan sensor yang lebih kecil dari sensor full-frame, yaitu sensor APS-C (Canon, Nikon, Pentax, Sony) dan sensor Four Thirds (Olympus). Lensa ini memiliki diameter yang lebih kecil dari lensa fll-frame, meski tetap memiliki desain mounting yang sama. Artinya, kita bisa saja memasang lensa crop sensor ini pada DSLR full frame, namun pada hasil fotonya akan terdapat lingkaran di bagian luar foto (vignetting) akibat ukuran sensor yang lebih besar dari diameter lensa. Lensa crop sensor ini dikenali dari kodenya seperti EF-S untuk Canon, DX untuk Nikon, DC untuk Sigma, DA untuk Pentax dsb.
    sensor01
    Gambar di samping menunjukkan perbedaan ukuran antara sensor APS-C dan sensor full-frame 35mm. Lingkaran merah menunjukkan diameter lensa full-frame dan lingkaran hijau menunjukkan diameter lensa crop. Tampak kalau diameter lensa crop telah didesain untuk menyesuaikan ukuran bidang sensor APS-C yang memang lebih kecil dari sensor 35mm. Adakalanya pemilik kamera APS-C justru memakai lensa full frame. Hal ini disebabkan karena untuk kebutuhan profesional kebanyakan lensa yang tersedia adalah lensa full-frame. Contohnya, untuk kebutuhan profesional, pemakai kamera EOS 7D akan memilih lensa EF 70-200mm.

    Jenis fokal lensa

    Ditinjau dari jenis lensa, ada dua kelompok utama yaitu lensa fix (prime) dan lensa zoom. Simpel saja, lensa fix artinya hanya memiliki satu nilai panjang fokal, sedang lensa zoom bisa berubah dari fokal terpendek hingga terpanjang. Lensa zoom sendiri terbagi atas beberapa rentang fokal, seperti zoom wide, zoom normal dan zoom tele. Ada juga lensa sapu jagad, alias bisa bermain zoom dari wide hingga tele yang praktis untuk dibawa bepergian. Kali ini kami uraikan untung rugi dari tiap pilihan yang ada :
    Lensa prime / fix
    fix
    Pentax 70mm f/1.4
    Lensa prime adalah lensa yang hanya punya satu nilai fokal, misal 35mm, 50mm, 100mm dsb. Lensa jenis ini umumnya punya bukaan maksimal yang besar, misal f/1.4 atau f/1.8 sehingga cocok untuk dipakai saat low light. Meski ada berbagai macam pilihan fokal dari lensa fix di pasaran, namun yang paling populer adalah lensa 50mm karena punya fokal dengan perspektif normal.
    Daya tarik dari lensa fix diantaranya :
    • relatif murah
    • ukurannya kecil dan ringan
    • hasil foto sangat tajam
    • karena punya bukaan besar, bisa menghasilkan DOF yang tipis
    • karena punya bukaan besar, bisa diandalkan untuk low light
    Adapun hal yang kurang menyenangkan dari lensa fix adalah lensa ini tidak bisa berganti fokal sehingga untuk merubah posisi fokal kita harus maju atau mundur terhadap objek.
    Lensa zoom wide
    wide
    Sony SAL DT 11-18mm f/4.5-5.6
    Lensa zoom wide dalah lensa zoom yang memiliki rentang fokal wideangle mulai dari 10mm hingga 30mm, sehingga cocok untuk landscape dan arsitektur meski kurang cocok untuk potret karena adanya distorsi.
    Daya tarik lensa zoom wide diantaranya :
    • mampu menghasilkan foto dengan angle dengan kesan luas dan dramatis
    • cocok untuk kebutuhan profesional dan komersil
    Namun demikian lensa zoom wide dijual dengan harga yang relatif mahal karena tingginya tingkat kesulitan dalam mendesain lensa tersebut. Di pasaran, lensa semacam ini dijual di kisaran harga 6 juta hingga 12 juta rupiah.
    Contoh lensa zoom wide :
    • Canon EF-S 10-22mm f/3.5-4.5
    • Nikon AF-S 10-24mm f/3.5-4.5
    • Pentax DA 12-24mm f/4
    • Sony SAL-DT 11-18mm f/4.5-5.6
    • Olympus Zuiko 9-18mm f/4-5.6
    • Rekomendasi untuk 3rd party : Tokina 11-16mm f/2.8
    Lensa zoom normal/standar (general purpose)
    normal
    Zuiko 14-54mm f/2.8-3.5
    Adalah lensa zoom yang memiliki rentang fokal yang dianggap memenuhi kebutuhan wide hingga tele biasa. Lensa semacam ini mampu mengakomodir rentang fokal normal di kisaran 50mm sehingga mampu  menghasilkan foto yang rendah distorsi, dan menghasilkan persepektif yang sama seperti apa yang dilihat oleh mata manusia. Lensa zoom normal akan semakin mahal bila memiliki bukaan besar apalagi bila punya bukaan konstan f/2.8 yang tergolong kelas profesi0nal.
    Contoh lensa zoom normal kelas mahal :
    • Lensa 24-70mm f/2.8
    • Lensa 17-55mm f/2.8
    Sedangkan lensa zoom normal ekonomis diantaranya :
    • Canon EF-S 17-85mm f/4-5.6
    • Nikon AF-S 16-85 f/3.5-5.6
    • Pentax DA 17-70mm f/4
    • Sony SAL DT 18-70mm f/3.5-5.6
    • Olympus Zuiko 14-54mm f/2.8-3.5
    • Rekomendasi 3rd party : Sigma 17-70mm f/2.8-4
    Lensa zoom tele
    tele2-8
    Nikon AF-S 70-200mm f/2.8 VR
    Lensa zoom tele menjadi salah satu lensa yang favorit banyak orang karena kemampuannya untuk dipakai memotret obyek yang jauh, ditambah lagi harganya yang cukup terjangkau. Belum lagi lensa tele mampu menghasilkan foto dengan bokeh yang baik (DOF tipis), bisa dibilang hampir menyamai hasil yang didapat dengan memakai lensa prime.
    Namun perlu diingat kalau lensa zoom tele berkisar di fokal tele diatas 100mm, sehingga rentan goyang akibat getaran tangan. Untuk itu para profesional lebih memilih lensa tele bukaan besar dan ditambah fitur stabilizer, sehingga lensa tele masih bisa dipakai di saat kondisi kurang cahaya.
    Lensa zoom tele terbagi dua kelompok, yaitu kelompok profesional dan kelompok biasa.
    Untuk zoom tele profesional diantaranya :
    • Canon EF 70-200mm f/2.8
    • Nikon AF-S 70-200mm f/2.8  (gambar di atas)
    • Pentax DA 60-250mm f/4
    • Sony SAL 70-200mm f/2.8
    • Olympus Zuiko 90-250mm f/2.8
    • Rekomendasi 3rd party : Sigma 70-200mm f/2.8
    tele
    Sigma 70-300mm f/4-5.6
    Untuk zoom tele biasa, umumnya terdapat pilihan 70-300mm (gambar di atas) yang fokal telenya cukup panjang dan 55-250mm (gambar di bawah) yang lebih ekonomis. Perhatikan kalau lensa tele ekonomis punya variabel aperture (misalnya f/4-5.6), sehingga bukaannya akan semakin mengecil saat lensa di-zoom maksimal. Maka itu lensa tele semacam ini dihindari oleh para profesional karena sulit diandalkan di saat perlu speed tinggi.
    tele2
    Canon EF-S 55-250mm f/4-5.6
    Meski demikian, lensa tele ekonomis seperti ini laris manis karena harganya murah dan hasil fotonya di tempat yang cukup cahaya masih sangat baik. Jadilah lensa semacam ini menjadi lensa favorit untuk kebutuhan harian dan untuk sekedar hobi.
    Lensa zoom all-round  / super zoom / sapu jagad
    tamron_18-270
    Tamron 18-270mm f/3.5-5.6 VC
    Adalah istilah untuk lensa zoom dengan kemampuan mencover rentang wide hingga tele yang ekstrim, hingga lensa ini mampu menggantikan beberapa macam lensa sehingga praktis dipakai kemana saja. Umumnya lensa ini memiliki rentang fokal 18-200mm, meski ada juga yang bisa mencapai 18-270mm (lihat gambar di atas). Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum memilih lensa jenis ini :
    • Lensa ini praktis namun tergolong mahal
    • Lensa ini hanya tersedia untuk jenis variable aperture saja
    • Kemampuan optik dari lensa ini tergolong pas-pasan (karena banyaknya elemen optik di dalamnya)
    • Usahakan memilih lensa jenis ini yang dilengkapi dengan fitur stabilizer optik

    Memilih lensa sesuai ukuran sensor DSLR

  • KameraMania
  • Kamera DSLR yang biasa kita pakai umumnya memakai sensor ukuran APS-C atau yang lebih kecil dari sensor ukuran full frame 35mm. Sensor APS-C akan membawa dampak adanya crop factor terhadap lensa yang dipasang, sehingga rentang fokal lensa akan 1.5 kali lebih panjang. Untuk itu kami sajikan artikel yang semoga bisa membantu pembaca dalam memilih lensa yang tepat terkait dengan crop factor ini.
    Awalnya di era SLR film, setiap fokal lensa akan memberikan fokal aktual yang apa-adanya. Sebuah lensa 50mm akan memberikan perspektif dan sudut gambar yang memang seperti yang semestinya sebuah lensa 50mm. Dengan era digital yang menggunakan sensor APS-C, maka ada penyesuaian dimana setiap lensa yang dipasang akan mengalami koreksi 1.5x sehingga lensa 50mm akan jadi ekuivalen 75mm. Alhasil, lensa wide tidak lagi terlalu wide, dan lensa tele akan jadi semakin tele.
    crop factor
    Crop Factor
    Saat ini sudah banyak diproduksi lensa khusus sensor APS-C, seperti lensa EF-S (Canon), lensa DX (Nikon) dan juga buatan produsen lensa lain seperti dari Tamron, Sigma atau Tokina. Lensa-lensa ini bentuknya lebih kecil, dengan diameter bidang gambar yang lebih kecil (disesuaikan dengan ukuran sensor) dan tidak cocok untuk dipasang di DSLR full frame. Apakah kita harus selalu memilih lensa semacam ini? Tidak juga, tidak ada pantangan bagi pemilik DSLR APS-C untuk memakai lensa full frame, apalagi lensa full frame punya pilihan yang lebih banyak dan umumnya lensa profesional adalah lensa full frame.
    nikon-af-s-35mm-f18
    Baik lensa full frame maupun lensa khusus DSLR APS-C keduanya tetap dibuat dengan spesifikasi fokal lensa yang sesuai standar. Sebagai contoh, lensa Nikon DX 35mm meski dibuat khusus untuk Nikon APS-C, namun fokal 35mm tetaplah akan mengalami koreksi sehingga setara dengan 52mm. Jadi apapun lensa yang dipasang pada kamera APS-C maka fokal efektifnya tetap akan mengalami crop factor.
    Kesalahan mendasar pemula dalam memilih lensa adalah dia mengabaikan crop factor, meski tidak fatal tapi bisa membawa kekecewaan. Seorang yang membeli lensa Canon 17-40mm bisa jadi akan kecewa saat memasang lensa ini di kamera EOS 60D, karena dia tidak akan pernah bisa merasakan fokal wide 17mm yang dibayangkannya. Seorang yang membeli lensa 28-300mm bisa jadi akan terheran-heran saat kemampuan paling wide sebenarnya dari lensa ini adalah 42mm, bukannya 28mm (42mm bukan lagi tergolong wide).
    Berikut kami sajikan beberapa fokal lensa favorit di era fotografi film, dan bagaimana efeknya bila terkena crop factor, dan lensa seperti apa yang perlu dibeli oleh pemilik DSLR APS-C untuk bisa memiliki fokal lensa yang sama seperti lensa tersebut :
    1. Fix normal : 50mm
    Inilah lensa paling populer di kalangan fotografer dari jaman dulu. Sesuai namanya, lensa fix tidak bisa dizoom, namun keuntungannya bisa memiliki bukaan lensa amat besar. Lensa ini bila dipasang di kamera APS-C akan terkoreksi menjadi 75mm. Untuk itu bila ingin merasakan fokal 50mm, carilah lensa 30mm atau 35mm.
    2. Wide zoom : 17-40mm (Canon), 16-35mm (Nikon) dsb
    Inilah lensa wide kelas mewah yang jadi idaman pecinta fotografi wideangle. Lensa semacam ini umumnya dijual di atas 10 juta rupiah. Bila lensa ini dipasang di kamera APS-C maka fokalnya akan menjadi 26-60mm yang kurang begitu wide. Solusinya, carilah lensa wide untuk APS-C seperti 10-22mm (Canon), 10-24mm (Nikon), 10-20mm (Sigma) dsb. Meski tidak akan bisa menyamai wide 17mm yang sesungguhnya, paling tidak pemakai DSLR APS-C masih bisa merasakan sensasi wide angle 20mm.
    3. Zoom normal 1 : 24-70mm
    Inilah lensa zoom normal paling disukai para fotogafer karena kemampuan widenya yang cukup dan telenya yang lumayan. Bila lensa ini dipasang di DSLR APS-C akan menjadi 36-105mm yang sudah tidak wide lagi. Untuk bisa merasakan fokal 24-70mm, pemakai DSLR APS-C semestinya membeli lensa 17-55mm (Canon-Nikon), 17-50mm (Tamron-Sigma).
    4. Zoom normal 2 : 28-80mm (Canon), 28-70mm (Nikon)
    Pilihan lain lensa zoom normal khususnya di jaman dulu adalah 28-80mm yang akan jadi tanggung bila dipasang di DSLR APS-C, karena fokalnya akan menjadi 42-120mm yang tidak umum. Saat ini bila anda punya DSLR pemula dengan lensa kit 18-55mm, inilah lensa masa kini yang fokalnya bisa dibilang menyamai lensa 28-80mm di jaman dulu.
    5. Super zoom / all round : 28-200 atau 28-300mm
    Dulu pun sudah dikenal lensa sapu jagat yang bisa menjangkau fokal wide 28mm sampai tele 200mm bahkan super tele 300mm seperti lensa 28-200mm dan 28-300mm. Bila lensa ini dipasang di kamera DSLR APS-C, lagi-lagi posisi wide 28mm akan jadi tanggung karena terkena crop factor ke 42mm. Bila anda suka akan rentang lensa sangat panjang, belilah lensa 18-135mm atau 18-200mm untuk kamera DSLR APS-C anda.
    6. Tele zoom profesional : 70-200mm
    Inilah lensa tele zoom kelas profesional yang biasa disebut dengan lensa termos (karena besarnya) dan harganya sekitar 20 juta. Bila anda iseng membeli lensa ini di kamera DSLR APS-C, anda akan mendapat keuntungan yaitu mendapat jangkauan tele yang lebih panjang yaitu menjadi 100-300mm. Tapi bila anda punya DSLR APS-C dan memang menginginkan lensa dengan fokal 70-200mm, anda bisa membeli lensa seperti Tokina 50-135mm atau Sigma 50-150mm.
    7. Tele zoom biasa : 70-300mm
    Inilah lensa tele paling populer di kalangan pemula dan hobi fotografi, karena murah dan telenya lumayan panjang. Bila lensa ini dipakai di DSLR APS-C, keuntungannya adalah fokal lensa efektif menjadi sangat panjang yaitu 100-450mm. Maka itu lensa ini sangat disukai oleh baik pemilik DSLR full frame maupun DSLR APS-C. Namun bila anda pemilik DSLR APS-C merasa ingin memiliki lensa dengan fokal efektif 70-300mm, maka anda cukup membeli lensa tele murah meriah seperti 55-200mm.
    Nikon AF-S 16-35mm f/4 G ED VR
    Sebagai panduan, berikut tabel konversi crop factor untuk beberapa fokal umum, dimana Nikon, Pentax dan Sony itu perkaliannya 1,5 sedangkan Canon itu 1,6 kali (Olympus memakai sensor Four Thirds dengan 2x crop, tidak dibahas disini).
    crop
    (c) Copyright 2010 Kamera Mania. Blogger template by Bloggermint